Beberapa diantara kita pasti pernah makan ikan asin. Terlihat simple,
namun ternyata perlu proses yang panjang untuk mendapatkan ikan asin yang
bermutu bagus. Prinsip pembuatan ikan asin adalah kombinasi dari
penggaraman dan pengeringan. Garam memiliki tekanan osmotik tinggi sehingga
dapat menarik air dalam daging ikan keluar sekaligus menarik cairan sel
mikroorganisme sehingga terjadi plasmolisis dan kematian sel mikroba. Garam
menyebabkan koagulasi dan denaturasi protein dan enzim, sehingga menimbulkan
pengerutan pada daging ikan, akibatnya air dalam daging ikan keluar. Kandungan
garam dalam jaringan ikan juga dapat mengurangi
jumlah oksigen dalam daging ikan sehingga menghambat pertumbuhan mikroorganisme
aerobik. Selain itu, garam dapat terurai menjadi ion natrium dan klorida, dimana ion klorida bersifat racun bagi
mikroorganisme berbahaya (Retti,
2013).
Saat kuliah, kami sempat melakukan praktikum penggaraman ikan
menggunakan ikan kembung. Kami mengamati keadaan ikan sebelum dan sesudah
penggaraman. Hasilnya adalah :
Sebelum
-Warna : Merah
pucat dan krem muda karena pigmen berupa senyawa larut lemak antara lain
karotenoid, xantofil, astaxanthin, dan taraxanthin. Terdapat juga pigmen
mioglobin dan hemoglobin (Muchtadi, 2013)
-Aroma : amis
segar, bahwa ikan segar adalah berbau segar
seperti air laut/ rumput laut dan tidak ada bau pesing.
-Tekstur :
kenyal, yakni elastis dan kompak.
Setelah
-Warna : Lebih pucat. Oksidasi lemak yang terjadi
mengakibatkan rasa pahit, bau tengik dan perubahan warna. Ion Na+ pada garam akan menyebabkan perubahan
tekanan osmotik antara di luar dan di dalam daging ikan sehingga air di dalam
membrane tertarik ke luar
-Aroma : Amis sedikit berkurang
-Tekstur : Pengasinan
metode dry salting, mengakibatkan kehilangan banyak air dan kadar
garam yang tinggi dalam daging. Hilangnya kelembaban dan kadar garam tergantung pada kesegaran dan kualitas ikan.
Pengasinan pada ikan yang busuk berakibat pada air
yang hilang hanya sedikit dan kadar
garam yang masuk ked aging akan lebih
rendah daripada menggunakan ikan segar. Garam
menembus ke dalam otot ikan oleh mekanisme dialisis, dan air yang menyebar
keluar diakibatkan oleh
tekanan osmotik. Proses
penggaraman selesai setelah ditandai dengan perubahan tekstur daging ikan
menjadi kencang atau sedikit kaku.
Begitulah kira-kira
gambaran perbedaan ikan sebelum dan setelah penggaraman. Adapun terdapat beberapa
hal yang menentukan mutu ikan asin. Banyaknya garam yang masuk ke
dalam daging ikan selama proses penggaraman dipengaruhi faktor-faktor, seperti
kesegaran ikan, kandungan yang ada pada ikan, ketebalan ikan, kehalusan garam,
kemurnian garam, dan mutu penggaraman.
Kesegaran tubuh ikan, semakin segar ikan maka
proses penyerapan garam kedalam tubuh ikan akan semakin lambat.
Kehalusan kristal garam. Garam yang halus akan
lebih cepat larut dan meresap kedalam tubuh ikan, tetapi penyerapan yang
terlalu cepat akan mengakibatkan permukaan daging cepat mengeras (Salt burn)
dan ini akan menghambat keluarnya kandungan air dari bagian dalam tubuh ikan. Garam
yang digunakan untuk mengawetkan ikan sebaiknya memakai garam murni yaitu garam
yang sebanyak mungkin mengandung NaCl dan sekecil mungkin mengandung unsur lain
seperti MgCl2, CaCl2, MgSO4, CaSO4, lumpur serta kotoran lainnya (Rahman,
2014).
Rahman, DSR. 2014. eprints.ung.ac.id
Retti, Judy., Y.I.P. Arry Miryanti., Lia Yuniarti, Studi
Kinetika Dehidrasi Osmotik Pada Ikan Teri Dalam Larutan Biner Dan Terner. 2013. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
Universitas Katolik Parahyangan