Senin, 24 Desember 2018

Pengertian Pangan Rekayasa Genetik


Pangan rekayasa genetik dalam hal ini disebut Genetically Modified Food (GM Food) merupakan derivat dari Genetically Modified Organisms (GMOs). GMOs adalah organisme (tanaman, hewan, mikroorganisme) ber-DNA yang telah diubah sehingga tidak sesuai dengan keadaan aslinya dengan cara digabungkan oleh rekombinasi alami. Teknologi yang biasa digunakan biasa disebut “bioteknologi modern” atau “teknologi gen”, terkadang juga disebut “teknologi DNA rekombinan” atau “teknik DNA”. Cara ini dilakukan agar gen individual terpilih bisa ditransfer dari organisme satu ke organisme lain, bisa juga pada spesies yang tidak saling terkait. Makanan yang dihasilkan dari atau menggunakan GMOs disebut dengan GM Foods atau pangan rekayasa genetik. (WHO, 2014). Proses pembuatan pangan rekayasa genetik mirip dengan pembiakan tanaman biasa. Pada program pembiakan tanaman transgenik, ratusan sel dan tanaman digabungkan untuk membentuk sel baru yang berbeda (Bartholomaeus, 2013). Tujuan dari penggabungan gen ini adalah untuk menjadikan organisme tersebut lebih unggul daripada sebelumnya, misalnya lebih tahan hama, lebih banyak mengandung zat gizi, sedikit mengandung anti toxin, dan sebagainya.

Beberapa tanaman yang termasuk dalam GMOs adalah :

·        Pepaya. Khususnya Pepaya Hawai yang saat ini sudah 80% tahan virus endemik.

·     Kentang diberi Bacillus thuringiensis (Bt) sebagai pestisida alami. Selain itu juga dua gen resisten, blb1 dan blb2, yang berasal dari kentang liar Mexico, Solanum bulbocastanum. Pada 2005, sekitar 13 % kentang dibudidayakan di USA dan di Kanada.

·    Vegetable oil. Sebagian besar menggunakan canola oil yang termasuk  GMOs. Modifikasi genetik dibuat agar resisten terhadap virus glyphosate atau glufosinate dan juga untuk meningkatkan komposisi minyak.

·       Jagung. Dibiakkan sejak 1997 di USA dan Kanada, 86 % dari jagung USA direkayasa secara genetik pada 2010 dan sebanyak 32 % jagung di dunia direkayasa secara genetik pada tahun 2011. Jagung hasil rekayasa mengekspresikan gen phosphinothricin acetyltransferase sehingga menunjukkan perbedaan signifikan pada kandungan lemak dan karbohidrat jika dibandingkan dengan jagung non rekayasa genetik.

·      Gula. Saat ini terjadi peralihan penggunaan tebu dengan GM sugar beets. Sugar beets adalah tanaman tahan hama yang telah ditanam di Australia, Canada, Colombia, EU, Japan, Korea, Mexico, New Zealand, Philippines, Russian Federation, Singapore dan USA. Gula yang berasal dari GM sugar beets lebih murni dan tidak mengandung DNA atau protein, hanya mengandung sukrosa.
·      Kedelai. Untuk membuat kedelai menjadi resisten, dipakailah gen 5-enolpyruvylshikimate-3-phosphate synthase dari Agrobacterium. Studi menemukan bahwa perubahan ini berakibat perubahan yang signifikan pada kandungan genistein (isoflavone) dan tripsin inhibitor. (Bawa, 2012).



Bartholomaeus, A., Parrott, W., Bondy, G., Walker, K., & ILSI International Food Biotechnology Committee Task Force on the Use of Mammalian Toxicology Studies in the Safety Assessment of GM Foods. (2013). The use of whole food animal studies in the safety assessment of genetically modified crops: Limitations and recommendations. Critical Reviews in Toxicology, 43(sup2), 1-24.

Bawa, A. S., & Anilakumar, K. R. (2013). Genetically modified foods: safety, risks and public concerns—a review. Journal of food science and technology, 50(6), 1035-1046.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar